Text
ANALISIS CAPITAL BUDGETING PROYEK PROPERTI RETAIL (STUDI KASUS : PROYEK MAL ABC)
Pertumbuhan ekonomi negara yang mulai membaik sejak krisis ekonomi tahun 1997 ditandai dengan meningkatnya sektor konsumsi, terutama di Jakarta dan sekitarnya. Properti, salah satu sektor yang terutama digerakkan oleh meningkatnya konsumsi, kini menampakkan perkembangan yang signifikan, terutama pembangunan pusat perbelanjaan, baik mal, ruko, maupun trade centre. Banyak faktor yang mendukung pertumbuhan sektor properti, yaitu menurunnya tingkat suku bunga / Sertifikat Bank Indonesia pada 2001 yang mendekati 10%, dan menguatnya nilai tukar rupiah yang konsisten pada tahun 2003, yang akhirnya mendorong para investor untuk berinvestasi. Prospek bisnis sektor properti diperkirakan tetap cerah di tahun-tahun mendatang.
Sampai Desember 2003, jumlah pasok ruang ritel di wilayah Jakarta mencapai 1.66 juta m2, sedangkan Debotabek sebesar 0.55 juta m2. Pada akhir tahun 2005, diperkirakan jumlah pasok ruang ritel di wilayah Jadebotabek akan mencapai 2.96 juta m2. Sebagai gambaran, di akhir 2003 ini, tengah berjalan pembangunan Grand ITC di arteri Permata Hijau, Mal Artha Gading. Mangga Dua Square, dan masih banyak lagi. Diperkirakan pertumbuhan sektor pusat perbelanjaan selama setahun terakhir ini mencapai 50%, jauh lebih tinggi daripada properti jenis kondominium yang naik 30 persen atau perumahan yang bertumbuh sebesar 15 persen. Sedangkan dari sisi aliran dananya, di tahun 2003 sekitar Rp32 triliun, diperkirakan tahun 2004 akan menjadi Rp37 triliun, dan terjadi penurunan di tahun 2005 menjadi Rp23 triliun.
Analisa finansial dilakukan dengan melihat proyeksi free cash flow dengan atau tanpa dana pinjaman. Proyeksi cash inflows berasal dari pendapatan sewa, service charge, dan pendapatan lain yang berlaku di sektor ritel. Proyeksi cash outflows terdiri dari biaya pembangunan, biaya operasional, pajak dan capital expenditure yang harus disediakan oleh perusahaan pemilik. Pembuatan proyeksi tersebut didasari oleh beberapa asumsi umum yang berkaitan dengan variabel makroekonomi Indonesia dan asumsi khusus yang berkaitan dengan pusat perbelanjaan.
Kriteria yang digunakan untuk analisa investasi ini adalah berdasarkan Net Present Value, Internal Rate of Return dan Payback Period. Mengingat asumsi-asumsi yang digunakan akan mengalami perubahan dalam perjalanan waktu, maka jika diperlukan akan dilakukan pula analisa sensitivitas, yang merupakan analisa untuk melihat dampak perubahan tersebut terhadap proyeksi arus kas. Dari aspek finansial, proyek mal ABC ini layak dilaksanakan, baik dengan maupun tanpa dana pinjaman, karena memberikan Net Present Value yang positif, tingkat pengembalian investasi yang tinggi, serta periode pengembalian yang cepat.
30002115 | 2115 | RLC MM (Server RLC) | Available |
No other version available